Selasa, 31 Maret 2020

Analisis Iklan yang Ada di Masyarakat


Keputusan membeli atau mengkonsumsi suatu produk dengan merek tertentu akan diawali oleh langkah-langkah sebagai berikut: (i) Pengenalan kebutuhan, (ii) Pencarian informasi, (iii) Evaluasi Alternatif, (iv) Pembelian, (v) Perilaku setelah pembelian. Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengaktifan kebutuhan,yaitu waktu, perubahan situasi, pemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan individu dan pengaruh pemasaran (Maharani, 2013).
Kemudian menurut (Kotler & Keller, 2009) menambahkan sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yaitu: pengenalan masalah (problem recognition), pencarian informasi (information search), mengevaluasi alternatif (alternative evaluation), Keputusan pembelian (purchase decision) dan Evaluasi pasca pembelian (post purchase evaluation).
Kotler (2009 : 235) Perhatian utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap sumber tertentu terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi konsumen digolongkan kedalam empat kelompok berikut ini:
1.    Sumber pribadi yaitu keluarga, teman, tetangga, kenalan.
2.    Sumber komersial yaitu iklan,wiraniaga, kemasan, pajangan di toko.
3.    Sumber publik yaitu media massa, organisasi penentu peringkat konsumen.
4.    Sumber pengalaman yaitu penanganan, pengkajian, dan pemakai produk.



Analisis Iklas 1: 
Iklan Mie Sedaap Korean Spicy Chicken 
Pada iklan produk baru Mie Sedaap Korean Spicy Chicken yang bekerja sama dengan salah satu hallyu star Korea, Siwon Choi, sebagai model iklannya menawarkan sensasi rasa pedas dari Korean Spicy Chicken. Dalam iklan tersebut disajikan sepiring mie yang nampak begitu menggugah selera dengan menambahkan bubuk cabai yang dapat dikreasikan level pedasnya. Jika ingin sangat pedas maka kedua bubuk cabai dituangkan, jika tidak ingin terlalu pedas maka cukup satu bungkus saja. Sasaran dari iklan ini adalah mereka yang sudah menjadi pelanggan setia produk Mie Sedaap, kemudian para remaja yang tertarik dengan hal yang berbau Kekoreaan. 
Karena pada era saat ini, di Indonesia sering sekali dikunjungi oleh artis-artis Korea entah untuk melakukan konser atau sekedar berlibur. Maka keputusan Mie Sedaap untuk menjadikan Siwon sebagai modelnya tidak salah. Selain itu, masyarakat Indonesia terkenal dengan masakan pedasnya, maka hal itu yang membuat produsen Mie Sedaap membuat produk dengan rasa pedas yang berbeda. 
Jika masyarakat membeli produk itu maka rasa yang ditawarkan yaitu Korean Spicy Chicken yang pedas, beberapa youtuber pernah melakukan tester mengatakan jika rasa baru dari varian produk Mie Sedaap ini lebih enak. Bahkan youtuber korea juga sempat mereview rasa dari produk ini dan mengatakan jika rasanya hampir sama dengan Korean Spicy Chicken yang asli. 

Analisis Iklan 2: 
Iklan Indomie Hype Abis Seblak Jeletot
Indomie terus mengeluarkan varian rasa baru pada produknya agar tidak kalah saing dengan rival terbesarnya, Mie Sedaap. Kali ini Indomie mengeluarkan varian rasa Seblak Jeletot yang rasanya pedas sekali. Dalam iklan dapat dilihat jika kuah mie nya tampak berwarna merah, menandakan jika kuah tersebut sangat pedas. Masyarakat Indonesia tentunya tidak asing dengan makanan seblak super pedas. 
Hal tersebut membuat Indomie memutuskan untuk menambahkan varian rasa seblak pada mie nya. Sasaran dari produk ini adalah mereka yang menyukai sensasi super pedas. Kemasan Indomie yang dibuat semerah mungkin agar masyarakat semakin tertarik dengan varian baru ini. Karena warna merah identik dengan sesuatu yang pedas. 

Faktor Kebudayaan dalam Perilaku Konsumen

Menurut kotler (2005:224) kebudayaan adalah determinan paling fundamental dari keinginan dan perilaku konsumen. Sedangkan Swasta & Handoko (2000:10), berpendapat Perilaku konsumen (consumen behavior) dapat di definisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang - barang dan jasa-jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan – kegiatan tersebut.
Sub-budaya - sub budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis.Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting,dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Faktor kebudayaan berpengaruh luas dan mendalam terhadap perilaku pembelian konsumen dalam faktor kebudayaan ini terdapat beberapa komponen antara lain: Budaya, budaya merupakan faktor penentu yang paling mendasar dari segi keinginan dan perilaku seseorang karena kebudayaan menyangkut segala aspek kehidupan manusia. Selain faktor kebudayaan, pengaruh dari adanya kelas sosial terhadap perilaku konsumen begitu tampak dari pembelian akan kebutuhan untuk sehari-hari.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni bahasa, sebagaimana juga budaya merupakan sebuah bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya bahwa budaya itu diwariskan secara genetis. Budaya merupakan suatu kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan yang dipelajari seseorang, yang dapat mengarahkan seseorang tersebut dalam menggunakan suatu barang atau jasa. Kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan itu dapat muncul bila seseorang melakukan interaksi, hubungan dan saling mempengaruhi dalam berperilaku.
Menurut Solomon (2004), sub budaya terdiri dari anggota yang memiliki kesamaan kepercayaan dan pengalaman yang membedakan anggota tersebut dari yang lain. Anggota ini bisa didasarkan dari kesamaan umur, ras, latar belakang suku, atau tempat tinggal. Setiap suku memiliki keinginan dan kebutuhan yang berbeda, seperti dalam menentukan suatu produk, memilih tempat wisata, perilaku politik serta keinginan untuk mencoba produk baru. Dalam segi umur pun juga mempengaruhi dalam perilaku konsumsi.
1. Pengaruh Kebudayaan 
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas social pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis:

1.    Lelompok Nasionalisme,
2.    Kelompok Keagamaan,
3.    Kelompok Ras, dan
Area Geografis.
 Budaya menuntun individu dan masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan maupun keinginan terhadap barang dan jasa. Tuntunan budaya tersebut dapat berupa nilai ataupun norma. Dalam tiap-tiap kebudayaan, terdapat ciri khas masing–masing yang membawa pemaknaan terhadap suatu produk. Contohnya : Tuntunan budaya berupa nilai : dalam hal kuliner  sayur asam, ikan asin, atau lalapan. Orang akan memaknai produk tersebut kulinernya orang sunda.
 Individu dalam mengambil keputusan untuk berkonsumsi, tidak dapat dipisahkan dari pengaruh budaya. Di antaranya di pengaruhi nilai dan norma. Di dalam masyarakat terdapat ide/gagasan mengenai, apakah suatu pengalaman berharga, tidak berharga, bernilai, tidak bernilai, pantas atau tidak. Inilah yang di artikan sebagai nilai. Sedangkan norma sendiri dimaknai sebagai peraturan yang ditetapkan secara bersama-sama, yang menuntun perilaku seseorang dalam mengambil keputusan.
 Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan pohon cemara.
Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan.
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja.
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara berperilaku.


2. Pengaruh Kelas Sosial 
Istilah kelas (kelas sosial) tidak selalu memiliki arti yang sama meskipun secara hakikat mewujudkan sistem kedudukan pokok dalam masyarakat. Pengertian kelas sejalan dengan pengertian lapisan tanpa harus membedakan dasar pelapisan masyarakat. Kelas sosial atau golongan sosial mempunyai arti yang relatif lebih banyak dipakai untuk menunjukkan lapisan sosial yang didasarkan atas kriteria ekonomi. Sehingga kelas sosial dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang menempati lapisan sosial berdasarkan kriteria ekonomi.
Menurut Dharmmesta dan Handoko (2013), kelas sosial dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu :
1.    Kelas sosial golongan atas, yang termasuk dalam kelas ini antara lain: pengusaha-pengusaha, pejabat tinggi.
2.   Kelas sosial golongan menengah yang termasuk dalam kelas ini antara lain: karyawan instansi, pemerintah, pengusaha menengah
3.   Kelas sosial golongan rendah yang termasuk dalam kelas ini: buruh pabrik, pegawai rendah, tukang becak, dan pedagang kecil.
Menurut penelitian Pengaruh Kelas Sosial Terhadap Perilaku Konsumen (studi pada pembelian rumah di PERUM PERUMNAS cabang Mojokerto lokasi Madiun) (Nugraheni, 2018). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 56 konsumen sekaligus sebagai sampel karena jumlah keseluruhan populasi kurang dari 100 sehingga keseluruhan dijadikan sampel. Dengan menggunakan uji koefisien determinasi dan uji signifikansi t sebagai alat uji coba terhadap sampel.
Dari hasil koefisien determinasi (R-Square) dengan menggunakan program pengolahan data SPSS for Windows 16.0 diperoleh nilai sebesar 0,810. Artinya, kelas sosial berpengaruh terhadap perilaku konsumen sebesar 81% sedangkan 19% diperngaruhi oleh variabel lainnya. Sedangkan Dari hasil uji t diperoleh hasil besar nilai thitung 15.163, besar nilai ttabel 1.67252, besar nilai Sighit 0.000, dan besar Sigprob 0.05. Artinya, nilai thitung (15.163) ≥ ttabel (1.67252) atau Sighit (0.000 ) ≤ Sigprob (0.05). Dengan demikian, hipotesis penelitian ini menerima Ha dan menolak H0. Penyataan hipotesis penelitian adalah Kelas Sosial berpengaruh signifikan.
Pengaruh Kelas Sosial Terhadap Perilaku Konsumen pada PERUM PERUMNAS Cabang Mojokerto Lokasi Madiun, terbukti dari hasil analisis uji regresi linier sederhana, uji determinasi (R-Square), dan uji signifikansi t (Uji t) mendapatkan hasil menerima Ha dan menolak H0. Penyataan hipotesis penelitian ini adalah Kelas Sosial berpengaruh signifikan terhadap Perilaku Konsumen pada PERUM PERUMNAS Cabang Mojokerto Lokasi Madiun. 




















Sumber: 
Ghoni, A., & Bodroastusi, T. (2009). Pengaruh Faktor Budaya, Sosial, Pribadi dan Psikologi Terhadap Perilaku Konsumen . Semarang : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi WIdya Manggala.
Ilham, & Hermawati. (2018). Pengaruh Faktor Kelas Sosial Terhadap Perilaku Konsumen dalam Pemilihan Pakaian . Journal of Islamic Management adn Bussines , 17-24.
J. Setiadi, N. (2003). Perilaku Konsumen . Jakarta : PT. Kencana Pernanda Media.
Nugraheni, R. (2018). Pengaruh Kelas Sosial Terhadap Perilaku Konsumen . Jurnal EQUILIBRIUM.
Setiawan, Y. (2013). Analisis Pengaruh Budaya, Kelas Sosial, Psikologis, Harga dan Promosi Terhadap Keputusan Studi Lanjut ke Program Sarjana Bidang Studi Akuntansi (Studi Kasus Mahasiswa Baru Akuntansi S1 UDINUS). Media Ekonomi dan Teknologi Informasi, 90-101.


Jumat, 27 Maret 2020

Faktor Sosial yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen


Perilaku seseorang dipengaruhi oleh kelompok-kelompok dimana mereka bukan anggotanya. Kelompok-kelompok yang seseorang ingin masuk disebut kelompok aspirasional. Sementara itu, kelompok disosiatif ialah kelompok yang nilai atau perilakunya ditolak seorang individu. Menurut (Setiadi, 2013), grup referensi adalah aspek lingkungan sosial mikro bagi konsumen. Interaksi sosial dengan grup/kelompok referensi sering terjadi secara langsung dan bertatap muka, yang mana dapat memberikan pengaruh langsung pada tanggapan afeksi, kognitif, dan perilaku pada strategi pemasaran.

1. Kelompok Referensi 
Kelompok acuan (reference group) berfungsi sebagai titik banding/referensi langsung (tatap muka) atau tidak langsung yang membentuk sikap maupun perilaku seseorang. Menurut Amirullah (2002), “Kelompok referensi adalah sejumlah orang/kelompok yang bertindak sebagai pembanding (or reference) terhadap individu dalam setiap bentuk nilai, sikap/penuntun ke arah perilaku.” 
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok referensi dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan pembeliannya. Dalam hal ini, manajer pemasaran perlu mengetahui siapa yang menjadi opini dari kelompok bersangkutan. suatu individu dapat menjadi pengikut opini dari kelompok referensi, bahkan saat tidak terjadi interaksi langsung antara kelompok referensi dengan individu. Pihak pemasaran perusahaan dapat  memanfaatkan kelompok referensi untuk mempengaruhi konsumen, misalnya melalui periklanan dengan menggunakan penyanyi terkenal dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2009), Kelompok Referensi adalah semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut.
Menurut Sumarwan (2011) Pengaruh Kelompok Referensi dibagi menjadi 3 (tiga) tipe yaitu:
a. Pengaruh Normatif
b.Pengaruh Ekspresi Nilai 
c. Pengaruh Informasi

2. Keluarga 
Istilah keluarga dan rumah tangga seringkali dianggap sama padahal arti keluarga dan rumah tangga memiliki suatu perbedaan. Istilah rumah tangga biasanya digunakan untuk istilah yang lebih luas yang menunjukkan bahwa semua orang yang menempati sebuah unit dalam kehidupan (Mowen dan Minor, 2002). Sedangkan arti keluarga yaitu sepasang suami istri yang sudah memiliki ikatan perkawinan (menikah) dan tinggal bersama anak-anak dalam satu rumah (tempat tinggal). Dari aspek formalitas atau legalitas keluarga juga dipandang sebagai berkumpulnya dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan sudah mimiliki ikatan perkawinan.
 Setiap anggota keluarga mempunyai pengaruh dalam pengambilan keputusan pembelian maupun pengkonsumsian terhadap suatu produk dan jasa.  Menurut Peter dan Olson serta Sumarwan terdapat peran dalam pengambilan keputusan keluarga:
a. Inisiator 
b. Pemberi Pengaruh (Influence)
c. Penjaga Pintu (Decides)
d. Pengambilan Keputusan 
e. Pembeli 
f. Pengguna 
g. Pembuang 

3. Studi Kasus 
Menurut penelitian Pengaruh Gaya Hidup Konsumtif dan Kelompok Referensi Terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik Lokal (Pramudi, 2015), kelompok referensi berpengaruh terhadap keputusan pembelian kosmetik lokal pada wanita karier di Surabaya Selatan. Kelompok referensi memberikan lebih banyak informasi terkait dengan produk yang akan membantu konsumen untuk memutuskan pembelian produk. Konsumen yang memiliki kelompok referensi menurut hasil penelitian memiliki informasi yang tinggi yang berkaitan dengan produk, sehingga akhirnya mendorong seorang wanita karier (dalam hal ini sebagai responden penelitian), untuk melakukan keputusan pembelian produk kosmetik lokal. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa kelompok referensi yang dimaksud adalah rekan kerja. 

Menurut penelitian Hubungan Demografi, Anggota Keluarga, dan Situasi dalam Pengambilan Keputusan Pendanaan Pembelian Rumah Tinggal Surabaya (Iswantoro & Anastasia, 2013), jumlah anggota keluarga yang ditanggung, tempat tinggal saat ini, tujuan membeli rumah, jumlah anak dibawah usia 17 tahun serta sumber informasi menjadi pengambil keputusan utama. Pernyataan ini sejalan dengan hasil statistik yang menunjukan bahwa adanya hubungan jumlah anak dibawah 17 tahun dengan pendanaan yang dipilih karena mayoritas responden tidak memiliki anak dibawah usia 17 tahun sehinga keputusan mayoritas juga berada di tangan suami dan istri. Jumlah anggota keluarga yang ditanggung menunjukan tidak ada hubungan dengan jenis pendanaan yang dipilih karena sebenarnya yang menanggung kebutuhan keluarga bukan hanya responden yang mayoritas perempuan tetapi juga ada pendapatan dari pasangan.








Sumber:
Dwiastuti, R. S. (2012). llmu Perilaku Konsumen . Malang: Universitas Brawijaya Pres.

Iswantoro, C., & Anastasia, N. (2013). Hubungan Demografi, Anggota Keluarga, dan Situasi dalam Pengambilan Keputusan Pendanaan Pembelian Rumah TInggal Surabaya. FINESTA, 125-129.

Kartika, S., & Sidig, R. (2018). Pengaruh Kelompok Referensi Terhadap Keputusan Pembelian Kawasaki Ninja 250 CC. Jurnal Digital Marketing, 31-36.
Marlius, D. (2017). Keputusan Pembelian Berdasarkan Faktor Psikologis dan Bauran Pemasaran PT Intercom Mobilindo Padang. Jurnal Pundi.
Pramudi, R. Y. (2015). Pengaruh Gaya Hidup Konsumtif dan Kelompok Referensi Terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik Lokal . Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen , 280-301.
Setiadi, N. (2013). Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Kharisma Putra Utama.
Subianto, T. (2007). Studi Tentang Perilaku Konsumen Beserta Implikasinya Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Ekonomi Modernisasi, 165-182.
Suryati, T. (2012). Perilaku Konsumen: Implikasi Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kamis, 26 Maret 2020

Fakor Kepribadian dalam Perilaku Konsumen


Istilah perilaku erat hubungannya dengan objek yang studinya diarahkan pada permasalahn manusia. Konsep perliaku konsumen secara terus-menerus dikembangkan dengan berbagai pendekatan. Perilaku kosumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam pendapatan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang didahului dan mengusulkan tidakan tersebut (Subianto, 2003).

Kepribadian memiliki arti yang luas, kepribadian bukan hanya mencakup sifat-sifat yang positif, sifat-sifat yang meranik ataupun segala sesuatu yang tampak secara lahiriah, tetapi juga meliputi dinamika individu tersebut. Hall dan Lindzey mengemukakan bahwa secara popular kepribadian dapat diartikan sebagai:
1.    Keterampilan atau kecakapan sosial
Kesan yang paling menonjol, yang ditunjukkuan seseorang terhadapt orang lain.
Sedangkan menurut Swastha dan Handoko (2000) ada 3 unsur pokok dalam kepribadian individu yaitu : pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri. 
Keputusan pembelian dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri pembeli.
a.    Umur dan Tahap Daur Hidup

Orang cenderung mengubah barang dan jasa yang mereka beli semasa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabotan, dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya.
b.    Pekerjaan
Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya.
c.     Situasi Ekonomi
Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pemilihan pembelian produk.
d.    Kepribadian
Setiap individu memiliki karakteristik sendiri yang unik. Kumpulan karakteristik perilaku yang dimiliki oleh individu dan bersifat permanen biasa disebut kepribadian.
Faktor penentu kepribadian sendiri terdiri dari faktor keturuan dan faktor lingkungan.
Pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh seorang pendidik (guru) untuk membantu seseorang dalam mempelajari suatu kemampuan atau suatu hal yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.
Terdapat beberapa teori belajar yaitu: teori belajar psikologis daya, teori belajar asosiasi, teori belajar Gestalt.

Secara harfiah loyal berarti setia, atau loyalitas dapat diartikan sebagai suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbull tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa lalu. Usaha yang dilakukan untuk menciptakan kepuasaan konsumen lebih cenderung mempengaruhi sikap konsumen. Kesetiaan pelanggan merupakan kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap suatu brand, mempunyai komitmen terhadap brand tersebut dan bermaksud meneruskan pembelian di masa mendatang 
v Faktor yang mempengaruhi loyalitas
1.   Kepuasan (Satisfaction). Kepuasan pelanggan merupakan pengukuran antara harapan pelanggan dengan kenyataan yang mereka terima atau yang dirasakan.
2.   Ikatan emosi (Emotional bonding). Konsumen dapat terpengaruh oleh sebuah merek yang memiliki daya tarik tersendiri sehingga konsumen dapat diidentifikasikan dalam sebuah merek, karena sebuah merek dapat mencerminkan karakteristik konsumen tersebut. Ikatan yang tercipta dari sebuah merek ialah ketika konsumen merasakan ikatan yang kuat dengan konsumen lain yang menggunakan produk atau jasa yang sama.
3.   Kepercayaan (Trust) yaitu kemauan seseorang untuk mempercayakan perusahaan atau sebuah merek untuk melakukan atau menjalankan sebuah fungsi.
4.   Kemudahan (Choice reduction and habit). Konsumen akan merasa nyaman dengan sebuah kualitas produk dan merek ketika situasi mereka melakukan transaksi memberikan kemudahan.
5.   Pengalaman dengan perusahaan (History with company). Sebuah pengalaman seseorang pada perusahaan dapat membentuk perilaku. Ketika mendapatkan pelayanan yang baik dari perusahaan, maka akan mengulangi perilaku pada perusahaan tersebut.


Sikap (attitude ) adalah  suatu  kecenderungan  yang  dipelajari untuk  memberikan  respon  secara  konsisten  terhadap  suatu  objek yang diberikan, seperti halnya suatu merk. Sikap tergantung pada sistem  nilai dari  seorang  individu  yang  mewakili  standar  pribadi tentang  baik  dan  buruk,  benar  dan  salah,  dan  seterusnya,  oleh karena   itu   sikap cenderung   lebih   tahan   lama   dan   kompleks dibandingkan    dengan    kepercayaan    (Lamb,    Hair,    McDaniel, 2001:233). Sikap(Attitude) konsumen adalah  faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan   konsep   kepercayaan   (beliefe)   dan   perilaku(behavior). Kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu objek, atributnya, dan manfaatnya (Mowen dan Minor,1998 hal 242).

v Karakteristik sikap
a.    Sikap Memiliki Obyek
Di  dalam  konteks  pemasaran,  sikap konsumen  harus  terkait dengan  obyek,  obyek  tersebut  bisa  terkait  dengan  berbagai konsep konsumsi dan pemasaran seperti produk, merek, iklan, harga , kemasan, penggunaan, media, dan sebagainya.
b.    Konsistensi Sikap
Sikap merupakan gambaran   perasaan   dari   seorang   konsumen   dan perasaan  tersebut  akan  direfleksikan  oleh  perilakunya.  Karena itu  sikap mempunyai  konsistensi  dengan  perilaku.  Perilaku seorang konsumen  merupakan gambaran dari sikapnya.
c.     Sikap Positif, Negatif, dan Netral
Seseorang mungkin menyukai makanan rendang (sikap positif) atau  tidak  menyukai  minuman  alkohol  (sikap  negatif)  atau bahkan   ia   tidak  memiliki   sikap-sikap   netral).  Sikap yang memiliki  dimensi  positif  ,negatif  dan  netral  disebut  sebagai karakteristik balance dari sikap.
d.    Intensitas Sikap
Sikapseseorang    konsumen    terhadap    suatu    merek    akan bervariasi  tingkatannya,  ada  yang  sangat  menyukainya  atau bahkan  ada yang  sangat begitu menyukainya  atau  bahkan  ada yang   begitu   sangat   tidak   menyukainya.   Ketika   konsumen menyatakan  derajat  tingkat  kesukaan  terhadap  suatu  produk,maka  ia  mengungkapkan  intensitas  sikapnya.  Intensitas  sikapdisebut sebagai karakteristik extremitydari sikap.
e.    Resistensi Sikap(resistance)
Resistensi adalah seberapa besar sikap konsumen bisa berubah. Pemasar   penting   mengetahui   sikap   konsumen   agar   bisa menerapkan  strategi  pemasaranyang  tepat.  Pemasaran ofensifbisa diterapkan untuk mengubah sikap konsumen yang sangat resisten terhadap suatu produk.
f.      Persistensi Sikap(Persistance)
Persistensi  adalah  analisis  sikap yang  menggambarkan  bahwa siakp   akan   berubah   dengan   berlalunya   waktu.   Misalnya seseorang  tidak  menyukai  produk  kue  Biskuat  Bolu  (sikap negative), seiring dengan berjalannya waktu mungkin dia akan berubah sikap menyukai produk Biskuat Bolu.
g.    Keyakinan Sikap(confidence)
Keyakinan adalah kepercayaan konsumen mengenai kebenaran sikapyang  dimilikinya.  Misalnya  sikap  konsumen  terhadap produk    yang    sudah    lama   digunakan    akan    lebih   tinggi dibandingkan  sikap  konsumen  terhadap  produk  baru  yang masih asing.
h.    Sikapdan Situasi
Sikap seorang  terhadap  suatu  obyek  seringkali  muncul  dalam konteks  situasi.  Ini  artinya  situasi  akan  mempengaruhi  sikapkonsumen terhadap suatu objek. Misalnya seseorang tidak suka makan Biskuat bolu pada siang hari, tetapi suka makan Biskuat Bolu pada pagi hari.
Kemudian ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap yaitu: (i) Pengaruh Keluarga, (ii) Pengalaman langsung, (iii) Kelompok teman sebaya , (iv) Pemasaran langsung, (v) Kepribadian, dan (vi) Tayangan Media Masa. 

Analisis Iklan yang Ada di Masyarakat

Keputusan membeli atau mengkonsumsi suatu produk dengan merek tertentu akan diawali oleh langkah-langkah sebagai berikut: (i) Pengenalan k...