11.00 p.m. Vancouver, Canada
Gelap. Hanya itu yang dapat ditangkap oleh indra peglihatanku. Semuanya
terasa asing. Perasaan-perasaan aneh yang datang bertubi-tubi seakan terus
menikamku dengan pisau. Ah aku memang ditikam dengan pisau oleh orang itu. Sial.
Aku rasa sebentar lagi aku akan mati atau mungkin aku sudah mati. Entahlah,
lagi pula aku tidak punya penyesalan apapun jadi aku rela saja mati seperti
ini. Aku adalah orang yang pasrah, lebih suka menerima semua hal dengan hati
terbuka daripada harus mengomel dan menerimanya dengan berat hati. Itu tidak
baik untuk kesehatan hatimu, aku serius. Pernah, aku mencoba untuk protes
dengan apa yang aku terima karena tidak sesuai dengan keinginanku, tapi
hasilnya adalah aku masuk Rumah Sakit selama seminggu.
Itu sungguh menyakitkan sekali. Aku tidak ingin berakhir seperti itu lagi.
Atau mungkin aku akan berakhir di tempat yang lebih parah, contohnya peti mati
dalam pemakaman mungkin. Ya, memang aku rasa sebentar lagi akan menghadap
kepada-Nya. Tentu saja sang Pencipta. Sejujurnya aku belum siap untuk mengadap
sang Pencipta, aku merasa jika seharusnya umurku lebih panjang daripada mati
diusia 23 tahun. Itu masih terlalu muda buatku. Aku ingin hidup lebih lama.
Uh-oh apa aku sedang menyesali keadaanku saat ini.
Entahlah, mungin ini salah satu efek yang kurasakan sebelum kematianku. Hhm
bagaimana jika aku mengingat kembali apa yang pernah aku lakukan saat masih
hidup dulu. Ya, ini akan menjadi cerita pendek pengingat masa lalu. Masa dimana
aku masih muda-omong-omong sekarangpun aku masih muda-dan belum terlalu paham
dengan apapun.
Seseorang yang sering kupanggil ayah yang mengajariku tentang kehidupan dan
bagaimana menjalaninya dengan sebaik mungkin. Tidak hanya itu, ayah juga
mengajariku untuk menerima apapun itu dengan senang hati karena seperti yang
aku katakan sebelumnya, terlalu banyak protes dan menggerutu bisa merusak
fungsi hatimu. Aku belajar semuanya dari ayah, bagaimana cara memotong leher
korban tanpa kesulitan atau mengukir pola indah disetiap inci kulit mulus
mereka.
Kalau kau sering menonton tv pasti tidak asing dengan berita pembunuhan
sadis dengan nama The Tattoo. Hey itu nama yang cukup keren jika kalian melihat
mahakarya yang telah aku buat. Mengukir berbagai macam gambar pada kulit
manusia sungguh membutuhkan konsentrasi tinggi dan harus berhati-hati. Kulit
mereka rapuh sesaat setelah mereka kehabisan darah. Jika terlalu lama kulit itu
nantinya akan berubah menjadi keras dan mudah rusak seperti jelly yang terlalu
lama kau masukkan kedalam kulkas.
Ngomong-ngomong soal jelly, aku jadi ingat tadi sebelum kejadian mengerikan
ini terjadi padaku, aku sedang menikmati semangkuk jelly yang diberikan Merysa
tempo hari. Oh aku lupa kalian tidak tau siapa Merysa kan? Dia adalah gadis
idaman seluruh lekaki di International High School. Mengapa dia bisa menjadi
idaman para lelaki? Aku akan mengatakan jika alasannya adalah alasan
mainstream. Merysa gadis yang cantik. Sungguh aku tidak berbohong.
Kalau kalian bertanya seberapa cantik si Merysa itu maka akan dengan senang
hati akan kuberitahu. Merysa sungguh secantik Marilyn Monroe. Ya Marilyn Monroe
yang itu. Kalian sudah bisa membayangkan kecantikannya kan? Oh tentu saja
sudah. Selain karena kecantikannya, Merysa sungguh baik hati. Dia seperti
seorang malaikat yang sengaja turun ke bumi untuk memberikan sedikit keindahan pada tempat yang hampir kotor
dan tak terselamatkan ini.
Terkadang aku heran mengapa dia bisa secantik itu. Atau jika dia benar-benar
malaikat mengapa dia rela turun ke bumi yang hina ini? Apakah dia sedang dalam
misi untuk mensucikan bumi ini? Wah aku tidak bisa berpikir lebih jauh lagi yah
karena kalian tau kan apa alasannya. Sekarang aku sedang berapa diambang
kematian. Mungkin.
Ah sepertinya aku benar akan mati. Aku dapat mencium bau darah yang semakin
kuat dan kurasa badanku mulai semakin letih. Lebih baik aku tidak berpikir
lagi. Berpikir membuatku kehilangan tenaga dengan cepat. Sebaiknya aku mengubah
posisi tubuhku senyaman mungkin, jujur posisi ini sungguh menyiksa. Bayangkan
saja saat kau tidur dengan kaki menekuk kearah samping dengan badan sedikit
tertelungkup. Sial. Pembunuh itu membuat posisi menjelang kematianku tidak
nyaman.
Butuh tenaga ekstra untuk membenarkan posisi tubuh dengan
keadaanku yang semakin memprihatinkan. Oh benar-benar sial. Aku merasakan pisau
yang digunakan untuk menikam tubuhku masih tertancap dipunggungku, lalu
bagaimana aku bisa mengubah posisi tubuhku jika ada pisau yang menghalanginya.
Haruskah kucabut? Sepertinya itu bukan ide yang baik.
Setelah kupikir-pikir lagi posisi ini lebih baik.
Daripada aku harus mencabut pisau itu dan membuatku semakin kehilangan banyak
darah, lebih baik sisa tenagaku kugunakan untuk hal yang lainnya. Tapi hal apa
yang bisa aku lakukan dengan keadaan yang seperti ini.
Uh-oh tunggu sebentar. Aku rasa keadaan sekitarku mulai
sunyi dan hanya terdengar detak jam dinding yang ada di ruang tamu. Wow
ternyata detakan jarum jamnya membuat irama yang begitu memabukkan dan aku baru
sadar akan hal itu.
Tik tok tik tok tik
tok...
Nada itu terus berputar-putar dikepalaku seakan sedang
mendengarkan konser musik klasik. Ah sungguh indah bahkan untuk ukuran bunyi
jam dinding saja mengapa bisa seindah ini. Apa mungkin ini efek kematian itu?
Bahkan sesuatu yang sebelumnya kau anggap tidak menarik bisa menjadi hal yang
luar biasa saat kau berada di ujung kematianmu. Sungguh pengalaman luar biasa.
Bunyi jam itu perlahan membuatku mengantuk. Iramanya
tetap hanya saja aku merasakan desakan kuat untuk tidur dan kembali bermimpi.
Biasanya aku tidak terlalu suka tidur karena setiap kali aku tidur dan
bermimpi. Mimpi yang mengerikan pun akan datang dan menghantui malamku. Jadi
saat tidak terlalu lelah, aku mulai beraksi menjadi The Tattoo.
Hanya saja kali ini aku merasa akan mendapatkan mimpi
yang sangat indah. Mungkinkah aku bisa bermimpi untuk menikahi Merysa? Hidup
berdua dengannya di rumah dekat danau yang selalu dia impikan. Merysa, selain
gadis itu sangat cantik ternyata dia juga sederhana. Benar-benar gadis
impianku.
Ah aku sudah lelah. Mungkin ini saatnya untuk pergi dari
dunia ini. Tubuhku terasa ringan seperti tanpa beban apapun, rasanya juga
sangat damai sekali dan aku mulai terlelap pada gelapnya malam.
10.00 a.m. Vancouver, Canada
“... telah
ditemukan mayat seorang pelajar didalam kamar apartemennya. Diduga pelajar
berinial AL itu melakukan aksi bunuh diri, karena kepolisian setempat menemukan
kamera yang masih menyala dan setelah diselidiki benar jika pelajar tersebut
melakukan aksi bunuh dirinya. Selain itu beberapa barang bukti yang merujuk
pada kasus The Tatto ditemukan di kamar korban. Polisi masih menyelidiki alasan
AL memutuskan tindakan bunuh diri...”
Pagi itu semua stasiun televisi lokal berlomba-lomba untuk
memberitakan kasus bunuh diri seorang pelajar yang diduga ada kaitannya dengan
kasus pembunuhan berantai The Tatto. Para polisi kewalahan untuk membendung
antusiasme masyarakat tentang kasus tersebut karena kasus yang setidaknya
menewaskan 20 remaja putri dengan kematian yang mengerikan itu membuat teror
dikalangan masyarakat. Maka dari itu setelah mendengar kabar bahwa terduga
pelaku pembunuhan keji itu memilih mati bunuh diri membuat masyarakat geram.
Pihak berwenang masih menyelidiki kebenaran tentang The
Tatto dan semua itu juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Jika saja
palajar berisial AL itu memang pembunuh maka hukuman yang akan diterimanya
sungguh berat. Sayangnya dia memilih untuk mengakhiri hidupnya dan membawa
semua rahasia gelap dari The Tatto bersamanya ketempat yang tidak mungkin
terjangkau untuk makhluk hidup. Dan begitulah kasus The Tatto berakhir. Atau
setidaknya itulah yang dipikirkan oleh masyarakat dan pihak kepolisian.
Kenyataannya sang pembunuh sebenarnya masih bebas
berkeliaran diluar sana. Bahkan mungkin saja dia sedang menonton berita tentang
kasus bunuh diri itu sambil bersantai di sofa panjang apartemennya dan
tersenyum saat pihak kepolisian menyatakan jika kasus pembunuhan The Tatto
telah berakhir. Untuk saat ini dia merasa bebas karena rahasianya aman dan
mungkin nantinya dia akan kembali melakukan pembunuhan yang sama. Hanya butuh
waktu yang tepat sampai semua itu kembali terulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar