Selasa, 14 November 2017

Kagome Kagome pt 1

Langit kota tokyo tampak menghitam, awam cumulunimbus pun sudah berkumpul di ibu kota jepang tersebut. Tinggal menunggu kapan waktu yg pas untuk menurunkan anugerah dari Tuhan ke bumi. Ai Yamada mempercepat langkahnya saat tetesan air hujan mulai mengenai wajahnya. Tas sekolah dia gunakan sebagai payung darurat. Gerbang sekolahnya mulai tampak saat hujan lebat mengguyurnya. Ujung rok dan bajunya sedikit basah, namun dia masih selamat karena dapat masuk tepat sebelum hujan lebat itu datang.

"Ai-chan... Ohayo" sapa gadis berkepang dua, dia tersenyum memamerikan deretan gusi berwarna pink dan gigi putihnya.

"Ohayo, Sana-chan" Sana Sayuko, teman sepermainan Ai.

Rumah mereka hanya terhalang satu rumah, maka dari itu mereka selalu bermain bersama. Sana dengan senyum cerianya selalu bisa membuat Ai ikut tersenyum energi positifnya benar-benar hebat.

"Bagaimana hujannya, Ai-chan?" Sana masih saja memamerkan senyum andalannya. Menatap polos Ai yg sedang membersihkan roknya.

"Hum kau tau kan kalau aku tidak terlalu suka hujan. Lihat mereka membuat bajuku basah." Bibir mungil Ai mengerucut tanda tak suka.

"OHAYO" Teriak 2 anak lelaki yang diikuti seorang gadis kecil lainnya.

"Ohayo, Shinohara bersaudara... ohayo, Ishida-cci" Balas Ai dan Sana berbarengan.

Kyoya Shinohara dan Akashi Shinohara adalah anak kembar identik. Jika dilihat dari dekat mereka sulit debedakan, namun jika diperhatikan lebih cermat lagi maka akan terlihat perbedaannya. Kyoya memiliki mata beriris coklat muda dan hidung mancung, rambutnya sengaja dibiarkan panjang tapi tidak cukup panjang sampai guru BK memotongnya. Sedangkan Akashi beriris hijau tua dan matanya lebar, rambutnya selalu berdiri keatas. Sedangkan gadis kecil yg mengikuti mereka dari belakang adalah Ishida Yuuko, sepupu Kyoya dan Akashi yang beda usianya hanya 1 tahun. Ishida duduk di kelas 4 sd, sedangkan mereka berempat duduk di kelas 5.

Bel tanda masuk mulai terdengar dan anak-anak berlomba dengan cepat mengganti sepatu mereka dengan uwabaki yang tersedia di loker mereka. Derap langkah kaki kecil mereka menggema di seluruh koridor sekolah. Banyak anak yang terlambat lantaran hujan semakin bersemangat untuk turun dan menyapa setiap makhluk di bumi.

Ai dengan cepat duduk di deretan bangku nomor 10, meletakkan tasnya dan sedikit merapikan rambut panjangnya. Ai Yamada dijuluki Queen of Yoshaki. Dianugerahi wajah yang manis dengan sepasang mata lebar beriris abu-abu, bibir tipis dan hidung mancungnya. Bahkan saat udara dingin, pipi Ai bersemu merah menambah daya tariknya. Ayahnya bukan orang asli Jepang, maka dari itu dia memiliki warna mata abu-abu yg cantik. Ibunya yg dulu seorang model menurunkan gen kecantikannya pada Ai, sedangkan kepintarannya menurun dari sang ayah yg seorang dokter.

Hujan pagi ini membuat kesan seram di SD Yoshaki, memang banyak rumor yg mengatakan jika sekolah itu sangat angker. Padahal SD Yoshaki sangatlah indah, dibelakang gedung sekolah ada bukit yg lumayan indah. Lembahnya bertaburan bunga matahari. Alasan mengapa sekolah tersebut terlihat angker mungkin karena bangunan sekolah yg sudah tua. Memang SD Yoshaki adalah salah satu sekolah tertua di Tokyo. Jadi sudah bisa di pastikan jika SD Yoshaki pasti memiliki cerita seram di baliknya. Mulai dari yg masih bisa di akal hingga tidak dapat di pikir dengan akal sehat.

Kouzumi sensei masuk kedalam kelas beberapa saat setelah bel berbunyi. Dia tampak tergesa-gesa bahkan tidak menmbalas sapaan dari semua muridnya. Beberapa siswa mulai menatap heran Sensei kesayangan mereka. Si ketua kelas berinisiatif menanyakan apa yang membuat beliau tanpak gelisah.

“Daijobu, sensei?” ujar Akemi ramah

“Ah daijobu, Akemi-kun. Uhm sepertinya sensei harus mengatakan ini...” dengan wajah muram Kouzumi menyampaikan kabar duka ini “telah terjadi sebuah kecelakaan di dekat sekolah kita dan yang menjadi korban adalah salah satu murid Yoshaki...” Belum sempat sang guru menyampaikan kabar duka ini, para murid sudah mulai ribut membicarakan siapa yang mungkin menjadi korban kecelakaan itu.

“Semuanya” Dengan sedikit berteriak Kouzumi sensei mencoba menenangkan muridnya.

Seketika itu juga mereka semua diam, kembali memusatkan perhatian pada guru cantik itu. Kouzumi Shinohara menghela nafas berat seakan rongga dadanya terhimpit beban yang sangat berat, mata sipitnya memandangi setiap muridnya. Mencoba menguatkan hati dan menenangkan muridnya.

“Anak yang sekarang telah tiada itu adalah ....” Lagi lagi belum sempat dia mengatakan siapa korbannya pintu kelas terbuka memperlihatkan wajah panik Midori sensei. Nafasnya terengah-engah dan keringat dingin membasahi kening guru muda itu.

“Kouzumi sensei. Mari keruang kesehatan barusan ada murid yang jatuh dari lantai dua,” Dengan sekali tarikan nafas Midori mengatakan kabar duka lagi.

Sontak saja semua yang berada di dalam ruang kelas itu terdiam. Bahkan Kouzumi sensei hampir saja pingsan jika dia tidak cepat-cepat berpegangan pada meja guru. Wajah cantiknya semakin pucat setelah mendengar kabar tersebut. Dia mencoba menetralkan pikirannya dan berusaha tenang, sebagai wali kelas 5-2 sudah tugas seorang guru untuk membuat muridnya tenang dalam keadaan genting sekalipun. Dengan sedikit berteriak Kouzumi mencoba menenangkan anak-anaknya.

“Minasan! Sensei tau kalian kaget dengan semua ini tapi harap tetap tenang dan berada di dalam kelas sampai waktu aman. Akemi, kau bantu sensei untuk mengawasi teman-temanmu dan jangan biarkan mereka keluar kelas sendirian.”

“Eh eum baik, sensei.”

“Sensei akan keruang kesetahan sekarang. Semuanya, mohon jangan ribut dan tetap tenang.”

Setelah Kouzumi dan Midori sensei menghilang dibaik pintu. Anak-anak mulai bergerombol dan berbisik tentang 2 kejadian hari ini. Padahal biasanya tidak ada kejadian mengerikan dalam sehari, meskipun sekolah mereka sering menjadi latar cerita seram. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedang menyeringai kecil setelah tau bahwa korbannya telah meninggal. Disaat anak lain mulai cemas, dia tetap tenang dan memikirkan rencana lainnya. Bersenang-senang dengan nyawa tentunya.

-oo-

Seminggu setelah kejadian itu para murid SD Yoshida mulai beraktifitas seperti biasa. Memang masih ada beberapa murid yang terlihat cemas atau takut untuk bersekolah. Namun teman-teman mereka pasti akan mencoba menghibur dan menenangkan rasa takut yang dialami.


Sore itu, Ai yang nampak sedang menunggu temannya berjongkok di depan pagar rumahnya. Tidak berapa lama orang yang di tunggu datang dengan sepeda birunya, sama seperti biasa rambutnya di kepang dua. Memang jika anak kecil dengan rambut dikepang dua katanya dapat mendatangkan keberuntungan dan itulah yang dipercayai Sana. Gadis kecil itu selalu mengepang rambutnya sendiri, bahkan sekarang dia sudah bisa melakukannya sendiri, jarang sekali Sana mau menggerai rambut panjangnya. Padahal dia tetap terlihat imut dengan rambut tergerai. 

Analisis Iklan yang Ada di Masyarakat

Keputusan membeli atau mengkonsumsi suatu produk dengan merek tertentu akan diawali oleh langkah-langkah sebagai berikut: (i) Pengenalan k...